Lima Orang Pengurus PWGI Raih Gelar Pascasarjana: Merajut Iman dan Intelektualitas di Era Digital
Jakarta, 10 Oktober 2025 – Suasana Gedung ITC Cempaka Mas, Jakarta sore itu dipenuhi rasa haru dan sukacita. Lantunan Gaudeamus Igitur mengiringi langkah para wisudawan, dosen, dan pimpinan Sekolah Tinggi Teologi (STT) Dian Harapan. Di antara mereka, empat wajah pengurus Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) tampak bersinar. Hari itu menjadi tonggak bersejarah: mereka resmi menuntaskan studi pascasarjana—dua di antaranya pada program doktoral, dua lainnya di program magister, dan satu orang anggota PWGI Jakarta yang wisuda Strata satu sebagai Sarjana Teologia.
Keempat pengurus tersebut adalah:
• Pdt. Johanes Imanuel Tuwaidan, S.Th., M.Min. (Dewan Penasihat PWGI) – Doktor Teologi
• Pdt. Hosea Sudarna, S.Th. (Dewan Pendiri PWGI) – Magister Teologi
• Carlla Paulina Waworuntu, S.Th. (Bendahara Umum PWGI) – Magister Teologi
• Dr. Dharma Leksana, S.Th., M.Th., M.Si. (Ketua Umum PWGI) – Doktor Teologi
Dan Satu orang Pengurus dari Dewan Pimpinan Daerah PWGI Provinsi Jakarta yaitu Vera Tutupary, meraih gelar Sarjana Teologia (S.Th.)
Mereka menempuh studi di STT Dian Harapan, lembaga yang dikenal konsisten melahirkan pemimpin gereja yang siap menghadapi zaman.
Dari Aula ke Medan Digital
Dalam orasi ilmiah bertajuk “Teologi Algoritma: Peta Konseptual Iman di Era Digital”, Dharma Leksana menegaskan bahwa tantangan gereja masa kini bukan lagi sekadar filsafat atau ideologi, melainkan algoritma yang bekerja diam-diam membentuk realitas iman umat.
“Algoritma telah menjadi Nomos Digital, hukum baru yang menentukan informasi yang kita terima, berita yang kita yakini, bahkan komunitas rohani yang kita temukan atau kehilangan,” ujarnya dengan lantang.
Dharma, yang lulus dengan predikat cum laude, mengajak gereja tidak menjadi objek pasif teknologi, melainkan subjek kritis yang mampu membongkar bias algoritma, memperjuangkan keadilan digital, dan menegaskan martabat manusia sebagai Imago Dei. Ia menutup pesannya dengan panggilan profetik: “Kita harus keluar sebagai pahlawan Logos, bukan pengikut pasif Nomos Digital.”
Iman yang Menyala di Masa Emiritas
Tak kalah menginspirasi, Pdt. (Em.) Hosea Sudarna meneguhkan arti panggilan gembala di era digital. Dalam tesisnya, “The Pastoral Role as Staff and Bridge in the Digital Era”, ia menafsir ulang metafora tongkat gembala sebagai jembatan yang menghubungkan jemaat dengan realitas baru.
Meski telah memasuki masa emeritus, mantan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Jakarta 33 tahun silam ini tetap bersemangat kembali ke bangku kuliah. “Belajar adalah perjalanan seumur hidup,” ujarnya lirih, sekaligus menyampaikan teladan tentang kerendahan hati dan semangat untuk terus berkembang.
Suara Perempuan di Mimbar Digital
Sementara itu, Carlla Paulina Waworuntu, bendahara umum PWGI, melanjutkan perjalanannya dari sarjana menuju magister di almamater yang sama. Karyanya bertajuk “Homiletika di Era Digital: Menuju Model Hybrid Homiletics” menjadi refleksi segar tentang bagaimana khotbah dapat menjembatani dunia fisik dan digital, tanpa kehilangan kedalaman rohani.
Unjuk Rasa Iman di Ruang Siber
Pdt. Johanes Imanuel Tuwaidan, yang telah melayani 33 tahun di GKI Palsigunung, menulis disertasi “Faith Protest in the Digital Era”. Ia menafsir kisah perempuan Kanaan (Matius 15:22–28) sebagai bentuk “unjuk rasa iman” yang relevan bagi gereja di ruang digital—dimana suara umat sering tersaring, tereduksi, bahkan hilang. Melalui karya ini, Johanes meneguhkan tanggung jawab gereja digital untuk hadir sebagai ruang solidaritas.
Dukungan dan Apresiasi
Sekretaris Umum PWGI, Ribut Karyono, menyebut keberhasilan empat pengurus ini sebagai perwujudan visi organisasi: mencetak jurnalis Kristen yang profesional dan pemimpin gereja yang visioner.
Pdt. Jahenos Saragih, Ketua Dewan Penasihat PWGI, menambahkan apresiasinya: “Belajar tak kenal usia.
Apa yang dicapai hari ini hendaknya menjadi teladan dan inspirasi bagi semua pengurus PWGI di tingkat pusat hingga daerah.”
Ucapan selamat pun mengalir deras dari jajaran DPP, DPD, hingga DPC PWGI, juga dari gereja-gereja mitra dan lembaga-lembaga pendukung.
Lebih dari Sekadar Gelar
Prosesi wisuda ditutup dengan ikrar wisudawan dan lantunan Mars STT Dian Harapan. Namun bagi keempat pengurus PWGI, gelar akademik bukan sekadar simbol, melainkan mandat untuk melayani dengan lebih mendalam.
Hari itu, di Jakarta, lahir bukan hanya doktor dan magister baru, tetapi juga saksi hidup bahwa iman dan intelektualitas dapat berjalan bersama. Di tengah derasnya arus digital, mereka memilih menjadi terang—membawa Injil hingga ke ruang siber.
( Sumber : Tim Publikasi DPP-PWGI / Reportasejabar.com )
Posting Komentar